Home
- . File Baru -> Korektor Kita Versi Massal , Absensi Guru Digital , Absensi Siswa , Buku Induk V2 , Program Konter Pulsa (Untuk Agen Pulsa) , Link Penting -> Daftar dan Dapatkan Penghasilan , Pasang Iklan Link Di Sini
Pengumuman!!!
Untuk sementara admin tidak melayani jasa pembuatan file / program dalam bentuk EXCEL (pada hari-hari sekolah). Karena admin sedang berkonsentrasi menuju UN 2014. Terimakasih atas perhatiannya!
Pengumuman!!!
Untuk sementara admin tidak melayani jasa pembuatan file / program dalam bentuk EXCEL (pada hari-hari sekolah). Karena admin sedang berkonsentrasi menuju UN 2014. Terimakasih atas perhatiannya!
Meraih Cita&Cinta Sumber Cerita Di ambil dari Aditia SinemaBlog
Di sebuah pedesaan, hidup seorang anak bernama Rangga. Rangga termasuk anak yang cukup pintar di sekolahnya. Sejak berada di bangku sekolah dasar, ia selalu mendapatkan peringkat pertama. Tetapi, saat pengumuman kelulusan, ia hanya mendapatkan peringkat kedua. Namun, meskipun begitu ia sudah sangat bersyukur.
Setelah lulus, ia mendaftarkan diri di salah satu SMP yang terfavorit di daerahnya. Tepatnya di daerah kecamatan. Sebut saja SMP 1 Bangga Hati. Setelah lulus SMP, ia melanjutkan sekolah di SMA 1 Prasetya. Di SMA 1 Prasetya terdapat ekstrakulikuler yang bertujuan untuk memperdalam tatacara membaca Al-Qur’an yaitu TPQ.
Di dalam TPQ tersebut, Rangga tidak hanya mendapatkan pengajaran Al-Qur’an. Tetapi juga mendapatkan sebuah pengalaman yang menjadi awal kisah cintanya bersama seseorang. Sebut saja Ratna. Rangga dan Ratna berada dalam satu ruangan TPQ.
Saat itu Rangga melihat sosok seorang wanita yang membuatnya jatuh hati. Rangga merasa ada suatu gejolak ombak cinta di dalam hatinya. Rangga tidak menduga bisa merasakan hal itu.
Setelah beberapa waktu dan perjalanan, Rangga dan Ratna berpacaran. Mereka saling mencintai satu sama lain. Setiap saat mereka selalu bersama. Saling mengisi kekosongan hati. Saat sedih maupun saat senang. Mereka selalu bersama.
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Rangga menginjak kelas XII. Ia berada di kelas XII-A. Sementara Ratna berada di kelas XII-C. Rangga merasa kesepian tanpa adanya Ratna. Ratna pun merasakan hal yang sama seperti Rangga. Meskipun mereka dipisahkan kelas, hati mereka tetap bersatu. Rangga selalu menjaga hatinya untuk Ratna. Ia tidak bisa tergoda dengan gadis lain. Ratna pun demikian.
Suatu ketika, Rangga mendapatkan kabar gembira dari guru Matematikanya bahwa ia lolos lomba Matematika dan akan mewakili SMA 1 Prasetya menuju tingkat internasional. Untuk persiapan lomba tingkat internasional, Rangga akan dikarantina selama satu bulan di Jakarta. Rangga segera memberitahukan kabar tersebut kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sangat senang dan bangga dengan prestasi Rangga.
Kemudian Rangga mencoba memberitahukan kabar tersebut kepada Ratna melalui telepon. Namun saat itu Ratna tidak ada di rumah.
“Halo...Bisa saya bicara dengan Ratna?” Rangga bertanya agar tidak salah sambung.
“Maaf...Ini siapa ya? Ratna sedang tidak ada di rumah.” tanya tante Santi (Ibu Ratna).
“Saya Rangga, tante.” jawab Rangga.
“Ooo...Nak Rangga to. Ratna sedang pergi ke rumah temannya. Ada apa ya? Tumben nak Rangga menelpon.” tanya tante Santi.
“Saya hanya mau memberi kabar bahwa besok saya akan berangkat ke Jakarta untuk menjalani karantina. Saya akan berada di Jakarta selama satu bulan. Tolong kabar ini disampaikan kepada Ratna ya, tante.” jelas Rangga.
“Ya nak Rangga, InsyaAllah akan tante sampaikan.” ucap tante Santi.
“Terimakasih tante. Assalamualaikum.” salam Rangga.
“Waalaikumsalam.” jawab tante Santi.
Setelah Rangga menelpon, tiba-tiba tante Santi mendapat telpon dari sebuah perusahaan yang menawarinya pekerjaan. Tante Santi pun segera menerima tawaran tersebut. Perusahaan tersebut menyuruh tante Santi menuju ke lokasi perusahaan pada sore itu juga. Tante Santi segera bersiap dan segera menuju lokasi perusahaan yaitu di kota Bandung. Sebelum berangkat, tante Santi menulis sebuah pesan singkat di kertas dan diletakkan di atas meja belajar Ratna. Isi pesannya mengatakan bahwa tante Santi akan berada di Bandung selama satu bulan lebih untuk mengikuti masa percobaan bekerja. Pesan itu tidak berisi kabar Rangga yang akan pergi ke Jakarta.
Sesaat setelah Tante Santi berangkat, Ratna pulang ke rumah. Ia mencari ibunya tetapi tidak bisa menemukannya. Kemudian ia masuk ke kamar. Ia melihat kertas yang berisi pesan dari ibunya. Ia membacanya sejenak. Setelah tahu, ia segera tidur.
Keesokan harinya, Ratna menunggu Rangga di tempat biasa mereka bertemu. Setelah satu jam berlalu, Ratna merasa bahwa Rangga tidak akan datang. Ratna segera pulang dan mencoba mengirim pesan singkat melalui telepon genggam. Namun beberapa kali ia mengirim pesan selalu gagal. Ratna menjadi khawatir dengan hal tersebut.
Di hari selanjutnya, saat Ratna berada di sekolah, ia mencoba mencari Rangga. Namun ia tidak dapat menemukannya. Ratna semakin cemas dengan menghilangnya Rangga. Saat sampai di kantin, ia bertemu dengan teman sekelas Rangga yang bernama Brian. Ratna segera bertanya kepada Brian.
“Brian, Rangga kemana? Dari kemarin aku tidak melihatnya.” tanya Ratna.
“Lho! Kamu tidak tahu? Rangga ‘kan dikarantina selama satu bulan sejak kemarin di Jakarta.” jawab Brian.
“Rangga kok nggak pernah ngasih kabar kalau dia mau pergi selama itu.” kata Ratna.
“Masa Rangga tidak memberi kabar? Tidak mungkin ah.” kata Brian dengan ragu.
“Nyatanya aku nggak diberi kabar.” jelas Ratna.
Jam pulang berdering. Ratna pulang ke rumah dengan perasaan kecewa. Selama satu bulan ia merasa kekecewaan.
Satu bulan telah berlalu dan Rangga sudah pulang kembali ke sekolah dengan perasaan gembira. Saat jam pulang sekolah, ia bertemu dengan Ratna. Rangga tersenyum kepada Ratna namun Ratna membalas senyuman itu dengan wajah penuh kekecewaan. Ratna langsung pulang tanpa memperdulikan Rangga.
Rangga bingung dengan apa yang terjadi dengan Ratna. Keesokan harinya, ia mencoba menemui Ratna dan bertanya kepadanya.
“Sayang, kamu kenapa? Kenapa kamu memasang wajah cemberut seperti itu kepadaku?” tanya Rangga dengan penuh kebingungan.
Ratna tak menjawab sepatah katapun.
“Sayang, tolong jawab pertanyaanku. Apa yang terjadi?” Rangga mencoba bertanya lagi.
Ratna pun menjawab, “Kamu masih polos banget. Kayak nggak punya salah. Kamu pergi ke Jakarta tanpa ngasih kabar kepadaku. Tahu nggak? Aku kesepian selama satu bulan tanpamu. Ditambah lagi kamu nggak ngasih kabar terlebih dulu. Aku kecewa sama kamu.”
“Tolong dengarkan dulu penjelasanku.” Rangga memohon.
“Sudah cukup. Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi. Mulai sekarang kita putus.” kata Ratna.
“Sayang...sayang....” Rangga mencoba menghentikan langkah Ratna yang semakin menjauh. Namun Ratna tidak menghiraukan hal tersebut. Ratna langsung pergi tanpa jejak.
Rangga pulang dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Sedangkan Ratna pulang dengan perasaan kecewa.
Beberapa saat setelah Rangga dan Ratna putus, Rangga menjadi tidak berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Rangga masih bingung dengan apa yang terjadi. Padahal dia sudah memberi kabar sebelumnya. Rangga selalu teringat dengan kata putus itu.
Setelah beberapa hari, tante Santi pulang dari Bandung. Tante Santi melihat Ratna yang sedang mengurung diri di kamar. Tante Santi tidak tahu apa yang terjadi.
Keesokan harinya, Rangga berangkat lagi ke lokasi lomba yaitu di Singapura. Gara-gara putus dengan Ratna, Rangga menjadi tidak konsetrasi dengan materi lomba yang diajarkan gurunya.
Rangga berangkat dengan perasaan campur aduk. Ia bingung, mana yang harus diutamakan. Cinta atau cita. Ia semakin bingung. Semakin ia memikirkannya, ia semakin bingung. Ditambah lagi kata putus yang selalu membayanginya.
Kemudian, guru pendamping Rangga mencoba mendekati Rangga dan memberi nasihat kepada Rangga.
"Kamu harus bisa memfokuskan pikiranmu pada satu hal yang kamu anggap paling penting untuk satu waktu. Kamu harus bisa menepiskan semua masalah pribadi untuk sesaat. Agar kamu bisa menjadi yang terbaik dan semua orang bangga kepadamu."
Rangga mencoba mencerna nasihat dari guru pendampingnya tersebut. Akhrinya Rangga pun bisa mengerti apa yang dimaksud gurunya itu. Rangga menjadi semakin bersemangat dalam menghadapi kompetisi tersebut.
Lomba pun berakhir. Rangga berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi lomba matematika tingkat internasional tersebut. Rangga pulang dengan hati bangga dan membawa piala serta hadiahnya. Kedua orang tuanya pun bangga dengan prestasi Rangga.
Keesokan harinya, saat Rangga berangkat ke sekolah, ia bertemu dengan Ratna. Rangga menjadi teringat dengan semua peristiwa yang terjadi sebelum ia berangkat ke Singapura.
Rangga mencoba menghindar, tapi tiba-tiba Ratna mencegah Rangga pergi. Ratna menangis memandangi wajah Rangga.
“Rangga...tunggu...” Ratna mencoba mencegah Rangga.
“Ada apa? Bukannya kamu sudah tidak mau lagi menemuiku?” tanya Rangga dengan penuh kepiluan.
“Maafin aku Rangga. Aku salah menilaimu. Ternyata apa yang aku pikirkan nggak sesuai dengan kenyataan. Semua ini ternyata cuma salah paham.” ucap Ratna.
“Maksudmu apa?” tanya Rangga dengan wajah bingung.
“Mama kemarin bilang sama aku kalau kamu sudah memberi kabar tentang kepergianmu ke Jakarta. Tapi mama lupa memberiku pesan. Mama terlalu terburu-buru untuk pergi bekerja di Bandung saat itu.” jelas Ratna.
“Syukurlah kalau hanya salah paham.” kata Rangga dengan perasaan lega.
“Aku minta maaf ya. Kamu mau maafin aku apa nggak?” minta Ratna.
“Ya,aku maafin kok.” jawab Rangga.
“Emm...Kamu mau balikan lagi nggak sama aku?” tanya Ratna.
“Balikan?” tanya Rangga dengan ekspresi mengagetkan.
“Kamu nggak mau ya?Kamu pasti marah sama aku.” kata Ratna.
“Emm...siapa bilang aku nggak mau? Aku mau kok balikan sama kamu. Aku ‘kan masih sayang sama kamu.” jawab Rangga dengan wajah bahagia.
“Beneran? Aku juga sayang sama kamu.” ucap Ratna sambil memeluk Rangga.
“Eh...aku punya kabar gembira nih.” ucap Rangga.
“Apa? Kabar apa?” tanya Ratna dengan penasaran.
“Kemarin aku lomba di Singapura.” kata Rangga.
“Tuh kan. Nggak ngasih kabar lagi. Huh sebel.” ucap Ratna dengan cemberut tapi bahagia.
“Ya maaf. Kan kemarin kita udah putus.” jelas Rangga.
“Oh iya ya. Trus, trus , trus gimana hasilnya?” tanya Ratna.
“Wah...sayang banget, aku cuma dapet juara satu.” kata Rangga dengan tersenyum.
“Ye...itu sih bagus banget. Ih...Kamu nggemesin deh.” ucap Ratna sambil mencubit pipi Rangga.
“Eh..sakit tahu.” ucap Rangga.
“Ya maaf.” kata Ratna sambil tertawa.
Mereka tertawa bersama. Tiba-tiba datang guru pendamping Rangga. Guru itu memberi ucapan selamat kepada Rangga.
“Selamat ya. Kamu berhasil membagi pikiran antara cita dan cinta. Meskipun sama-sama ingin kamu raih. Dan kamu sekarang bisa mendapatkan keduanya. Cinta dapat, cita pun dapat. Sukses selalu.” kata guru pendamping Rangga.
“Terimakasih,pak. Ini semua berkat nasihat dari bapak.” ucap Rangga.
“Iya pak. Pacar saya ini memang pintar banget, pak.” kata Ratna kepada guru pendamping Rangga.
“Ya sudah, saya pergi dulu. Sampai jumpa di lain waktu.” kata guru pendamping.
“Iya, pak. Terimakasih.” kata Ratna dan Rangga secara bersamaan.
Akhirnya, Rangga bisa meraih cita atau prestasinya sekaligus meraih cintanya yang ada di hati Ratna.
SELESAI
Anda sedang membaca artikel tentang Meraih Cita&Cinta dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://my-axes-educate.blogspot.com/2013/09/meraih-cita.html . Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Meraih Cita&Cinta jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya. Terimakasih.
Posting Komentar
Peraturan :
Karena beberapa kali terjadi penulisan komentar yang tidak sesuai dengan peraturan, maka banyak komentar yang admin hapus. Dan admin mengubah settingan komentar.
1. Silakan tulis komentar dengan bahasa yang sopan dan berkaitan dengan artikel.
2. NO SARA, NO PORNO, NO KEKERASAN.
3. Dilarang menulis komentar yg sama pada setiap posting.
4. Akun anonim sudah dinonaktifkan.
5. Jika menggunakan Name dan URL, harus URL yang valid. (tidak berlaku/dinonaktifkan)
> Jika ditemukan komentar yang melanggar ketentuan ini akan dihapus.
> Berlaku untuk komentar mulai 21 April 2013 dan seterusnya.