Home
- . File Baru -> Korektor Kita Versi Massal , Absensi Guru Digital , Absensi Siswa , Buku Induk V2 , Program Konter Pulsa (Untuk Agen Pulsa) , Link Penting -> Daftar dan Dapatkan Penghasilan , Pasang Iklan Link Di Sini
Pengumuman!!!
Untuk sementara admin tidak melayani jasa pembuatan file / program dalam bentuk EXCEL (pada hari-hari sekolah). Karena admin sedang berkonsentrasi menuju UN 2014. Terimakasih atas perhatiannya!
Pengumuman!!!
Untuk sementara admin tidak melayani jasa pembuatan file / program dalam bentuk EXCEL (pada hari-hari sekolah). Karena admin sedang berkonsentrasi menuju UN 2014. Terimakasih atas perhatiannya!
Kuryokalangan
merupakan sebuah pemerintahan administratif berbentuk
desa yang berada di sepanjang Jalan Raya Gabus-Tlogoayu KM.02 Kecamatan Gabus,
Kabupaten Pati. Desa ini terbagi atas dua wilayah (baca: dukuh) yaitu: Kuryo dan
Kalangan. Nama Kuryokalangan sendiri berasal dari penggabungan dua nama dukuh
tersebut. Jika dilihat dari posisi, kedua dukuh tersebut saling berjajar antara
satu dengan yang lain, Kuryo berada di sebelah selatan dan Kalangan berada di sebelah utara.
Kalangan mempunyai akar historis yang berhubungan dengan
masa penyebaran Islam di pulau Jawa. Menurut pengakuan salah satu sesepuh desa,
Mbah Parmo, yang ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu mengatakan bahwa
munculnya nama “kalangan” berkaitan dengan peristiwa masa lampau. Sekitar abad
ke-18 M, seorang murid Sunan Muria, Singgo Joyo, turut aktif dalam memperluas
penyebaran agama Islam di tanah Jawa, khususnya di wilayah pantai utara. Singgo
Joyo kemudian memfokuskan daerah penyebaran Islam di sebuah wilayah yang
sekarang bernama Kuryokalangan.
Pada zaman dahulu wilayah Kuryokalangan merupakan hutan
belantara dan belum ada penduduk yang menempati. Oleh karenanya Mbah Singgo
Joyo membuka hutan di areal tersebut. Pada saat membuka lahan untuk tempat bediam
diri, mbah Singgo Joyo menggunakan gaman (baca: senjata tajam) untuk menebang
pepohonan. Dalam proses pembukaan lahan tersebut, beliau kehilangan gaman. Oleh
karena peristiwa kehilangan gaman pusaka tersebut, mbah Singgo Joyo memberi
nama daerah itu dengan sebutan Kalangan. Kata Kalangan sendiri berasal dari
bahasa Jawa “kelangan” yang berarti kehilangan.
Dahulu dukuh Kalangan memiliki pasar yang bernama “pasar
Wage”. Namun pasar tersebut letaknya tidak berada seperti pasar yang ada
sekarang, melainkan terletak di sekitar pohon asem. Pohon asem sendiri tumbuh
di lokasi punden secara alami atau bahkan tidak sengaja. Ketika Singgo Joyo
sedang makan, makanan yang akan beliau santap terdapat klungsu (baca: biji
Asem) di dalamnya. Klungsu tersebut dibuang oleh beliau dan kemudian tumbuh
menjadi sebuah pohon yang berada di sekitar rumahnya.
Mbah Parmo juga menuturkan bahwa pohon Doro yang berada
tidak jauh dari pohon Asem duhulu adalah lokasi kediaman Singgo Joyo. Rumah
beliau menghadap ke selatan dengan pohon asem sebagai penandanya. Asem besar
sebagai rumah depan dan asem kecil sebagai rumah belakang. Di sebelah barat
rumah beliau juga terdapat sungai yang mengalir sebagai sarana keperluan
sehari-hari. Sedangkan tempat yang oleh warga sekitar disebut “Sigit” dahulu
rencananya akan dibangun sebuah masjid. Namun sebelum pembangunan masjid
dimulai, Singgo Joyo terlebih dahulu wafat sehingga rencana pembangunan masjid
belum terlaksana.
Di wilayah desa Kuryokalangan, khususnya dukuh kalangan,
terdapat sebuah mitos yang diyakini oleh warga. Warga setempat yang akan
melangsungkan pernikahan hendaknya mengunjungi pohon asem atau biasa disebut
Mubeng Asem. Mubeng Asem dilakukan oleh mempelai laki-laki sebelum melaksanakan
upacara pernikahan guna menghormati adat yang berlaku dalam masyarakat. Menurut
cerita, kebiasaan tersebut awalnya diminta untuk dilaksanakan oleh istri Singgo
Joyo yang senang melihat pengantin. Selain kebiasaan Mubeng Asem, ada juga
bentuk kegiatan lain yang masih dipertahankan untuk dilaksanakan masyarakat di
sekitar pohon asem. Warga setempat menyebutnya sebagai ritual “manganan”, yaitu
melaksanakan hajatan secara sederhana dengan mengundang beberapa orang dan
membaca doa-doa atau tahlilan. Manganan biasanya dilaksanakan ketika seseorang
mempunyai keinginan atau hajat dengan harapan mereka mendapat ridlo dari Allah
SWT. Kebiasaan ini duhulu sengaja dianjurkan oleh Singgo Joyo dengan maksud
agar seseorang mau bersedekah atau berbagi rejeki antara satu dengan yang lain.
Perlu diketahui bahwa makam Singgo Joyo tidak terletak di
area pohon asem. Makam beliua berada dikomplek pemakaman Sunan Muria di gunung
Muria. Tepatnya berada di dekat pintu masuk atau pelawangan komplek pemakaman
Sunan Muria. Guna mengenang dan menghormati jasa-jasa beliau para
pemuda memberikan nama Singgo Joyo untuk team sepak bola yang ada di
Kuryokalangan.
Anda sedang membaca artikel tentang Asal Usul Kuryokalangan dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://my-axes-educate.blogspot.com/2012/06/asal-usul-kuryokalangan.html . Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel Asal Usul Kuryokalangan jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya. Terimakasih.
Posting Komentar
Peraturan :
Karena beberapa kali terjadi penulisan komentar yang tidak sesuai dengan peraturan, maka banyak komentar yang admin hapus. Dan admin mengubah settingan komentar.
1. Silakan tulis komentar dengan bahasa yang sopan dan berkaitan dengan artikel.
2. NO SARA, NO PORNO, NO KEKERASAN.
3. Dilarang menulis komentar yg sama pada setiap posting.
4. Akun anonim sudah dinonaktifkan.
5. Jika menggunakan Name dan URL, harus URL yang valid. (tidak berlaku/dinonaktifkan)
> Jika ditemukan komentar yang melanggar ketentuan ini akan dihapus.
> Berlaku untuk komentar mulai 21 April 2013 dan seterusnya.