Daftar di sini karena anda akan mendapatkan penghasilan dari sini!

Asal Usul Kuryokalangan


Download Beta


Kuryokalangan merupakan sebuah pemerintahan administratif  berbentuk desa yang berada di sepanjang Jalan Raya Gabus-Tlogoayu KM.02 Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati. Desa ini terbagi atas dua wilayah (baca: dukuh) yaitu: Kuryo dan Kalangan. Nama Kuryokalangan sendiri berasal dari penggabungan dua nama dukuh tersebut. Jika dilihat dari posisi, kedua dukuh tersebut saling berjajar antara satu dengan yang lain, Kuryo berada di sebelah selatan dan Kalangan berada di sebelah utara.

Kalangan mempunyai akar historis yang berhubungan dengan masa penyebaran Islam di pulau Jawa. Menurut pengakuan salah satu sesepuh desa, Mbah Parmo, yang ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu mengatakan bahwa munculnya nama “kalangan” berkaitan dengan peristiwa masa lampau. Sekitar abad ke-18 M, seorang murid Sunan Muria, Singgo Joyo, turut aktif dalam memperluas penyebaran agama Islam di tanah Jawa, khususnya di wilayah pantai utara. Singgo Joyo kemudian memfokuskan daerah penyebaran Islam di sebuah wilayah yang sekarang bernama Kuryokalangan.

Pada zaman dahulu wilayah Kuryokalangan merupakan hutan belantara dan belum ada penduduk yang menempati. Oleh karenanya Mbah Singgo Joyo membuka hutan di areal tersebut. Pada saat membuka lahan untuk tempat bediam diri, mbah Singgo Joyo menggunakan gaman (baca: senjata tajam) untuk menebang pepohonan. Dalam proses pembukaan lahan tersebut, beliau kehilangan gaman. Oleh karena peristiwa kehilangan gaman pusaka tersebut, mbah Singgo Joyo memberi nama daerah itu dengan sebutan Kalangan. Kata Kalangan sendiri berasal dari bahasa Jawa “kelangan” yang berarti kehilangan.

Dahulu dukuh Kalangan memiliki pasar yang bernama “pasar Wage”. Namun pasar tersebut letaknya tidak berada seperti pasar yang ada sekarang, melainkan terletak di sekitar pohon asem. Pohon asem sendiri tumbuh di lokasi punden secara alami atau bahkan tidak sengaja. Ketika Singgo Joyo sedang makan, makanan yang akan beliau santap terdapat klungsu (baca: biji Asem) di dalamnya. Klungsu tersebut dibuang oleh beliau dan kemudian tumbuh menjadi sebuah pohon yang berada di sekitar rumahnya.

Mbah Parmo juga menuturkan bahwa pohon Doro yang berada tidak jauh dari pohon Asem duhulu adalah lokasi kediaman Singgo Joyo. Rumah beliau menghadap ke selatan dengan pohon asem sebagai penandanya. Asem besar sebagai rumah depan dan asem kecil sebagai rumah belakang. Di sebelah barat rumah beliau juga terdapat sungai yang mengalir sebagai sarana keperluan sehari-hari. Sedangkan tempat yang oleh warga sekitar disebut “Sigit” dahulu rencananya akan dibangun sebuah masjid. Namun sebelum pembangunan masjid dimulai, Singgo Joyo terlebih dahulu wafat sehingga rencana pembangunan masjid belum terlaksana.
Di wilayah desa Kuryokalangan, khususnya dukuh kalangan, terdapat sebuah mitos yang diyakini oleh warga. Warga setempat yang akan melangsungkan pernikahan hendaknya mengunjungi pohon asem atau biasa disebut Mubeng Asem. Mubeng Asem dilakukan oleh mempelai laki-laki sebelum melaksanakan upacara pernikahan guna menghormati adat yang berlaku dalam masyarakat. Menurut cerita, kebiasaan tersebut awalnya diminta untuk dilaksanakan oleh istri Singgo Joyo yang senang melihat pengantin. Selain kebiasaan Mubeng Asem, ada juga bentuk kegiatan lain yang masih dipertahankan untuk dilaksanakan masyarakat di sekitar pohon asem. Warga setempat menyebutnya sebagai ritual “manganan”, yaitu melaksanakan hajatan secara sederhana dengan mengundang beberapa orang dan membaca doa-doa atau tahlilan. Manganan biasanya dilaksanakan ketika seseorang mempunyai keinginan atau hajat dengan harapan mereka mendapat ridlo dari Allah SWT. Kebiasaan ini duhulu sengaja dianjurkan oleh Singgo Joyo dengan maksud agar seseorang mau bersedekah atau berbagi rejeki antara satu dengan yang lain.

Perlu diketahui bahwa makam Singgo Joyo tidak terletak di area pohon asem. Makam beliua berada dikomplek pemakaman Sunan Muria di gunung Muria. Tepatnya berada di dekat pintu masuk atau pelawangan komplek pemakaman Sunan Muria. Guna mengenang dan menghormati jasa-jasa beliau para pemuda memberikan nama Singgo Joyo untuk team sepak bola yang ada di Kuryokalangan.




Share this post :

Posting Komentar

Peraturan :
Karena beberapa kali terjadi penulisan komentar yang tidak sesuai dengan peraturan, maka banyak komentar yang admin hapus. Dan admin mengubah settingan komentar.

1. Silakan tulis komentar dengan bahasa yang sopan dan berkaitan dengan artikel.
2. NO SARA, NO PORNO, NO KEKERASAN.
3. Dilarang menulis komentar yg sama pada setiap posting.
4. Akun anonim sudah dinonaktifkan.
5. Jika menggunakan Name dan URL, harus URL yang valid. (tidak berlaku/dinonaktifkan)

> Jika ditemukan komentar yang melanggar ketentuan ini akan dihapus.
> Berlaku untuk komentar mulai 21 April 2013 dan seterusnya.

Sponsor

Anda merasa dibantu??? Silakan berikan DONASI anda seikhlasnya.

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. My-Axes - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger
Selamat datang di My-Axes Edukasi. Sebuah situs blog sederhana yang akan memberikan anda pengetahuan-pengetahuan dan artikel terupdate. Ingin lebih dekat dengan admin? Hubungi admin dengan mengirimkan pesan singkat (sms) ke 085641282142. Terimakasih.