Home
- . File Baru -> Korektor Kita Versi Massal , Absensi Guru Digital , Absensi Siswa , Buku Induk V2 , Program Konter Pulsa (Untuk Agen Pulsa) , Link Penting -> Daftar dan Dapatkan Penghasilan , Pasang Iklan Link Di Sini
Pengumuman!!!
Untuk sementara admin tidak melayani jasa pembuatan file / program dalam bentuk EXCEL (pada hari-hari sekolah). Karena admin sedang berkonsentrasi menuju UN 2014. Terimakasih atas perhatiannya!
Pengumuman!!!
Untuk sementara admin tidak melayani jasa pembuatan file / program dalam bentuk EXCEL (pada hari-hari sekolah). Karena admin sedang berkonsentrasi menuju UN 2014. Terimakasih atas perhatiannya!
oleh : Sutamto Totok
Pada suatu wilayah terdapatlah Kadipaten Paranggaruda punya
hajat mengawinkan putera satu-satunya yang bernama R. Jaseri atau lebih
terkenal dengan sebutan Menak Jasari dengan putri Adipati Carangsoko bernama
Dewi Ruyung Wulan. Menak Jasari adalah pemuda yang fisiknya cacat, dan berwajah jelek. Hingga membuat Dewi Ruyung Wulan menolak untuk didekatinya. Namun karena
paksaan orang tua maka mau tidak mau Dewi Ruyung Wulan harus menerima R. Jaseri
sebagai suaminya.
Pesta perkawinan telah berlangsung, Dewi Ruyung Wulan yang
sedang bersedih, ia meminta pestanya harus diadakan pagelaran wayang yang
dimeriahkan wayang purwo (wayang kulit) dengan dalang Ki Soponyono yang sangat
terkenal sebagai dalang yang mampu membawakan beberapa karakter tokoh yang ada
dalam cerita Mahabarata dan Ramayana sehingga banyak penonton yang terbius
seolah cerita itu hidup.
Dalang Sapanyono kebingungan atas permintaan yang diajukan
oleh Dewi Ruyung Wulan, namun Hal ini hanyalah merupakan taktik dari Dewi untuk
mengulur-ulur pernikahan. Dan agar pernikahan ini dapat diggagalkan sebab
sebetulnya ia tidak mencintai R. Jasari calon suaminnya. Pernikhan yang tidak
dilandasi cinta akan menyakitkan dan dapat melemahkan semangat untuk hidup
berumah tangga.
Ia berpesan kepada Dalang Saponyono untuk mencari cerita
pewayangan yang mirip dengan cerita kisah sedihnya. Biar semua orang tahu
rintihan hati Dewi Ruyung Wulan.
Dalang Saponyono menjalankan tugas sebisanya. Karena merasa
tertantang untuk membawakan cerita wayang yang tidak sewajarnya, sebab lakon
wayang yang biasa dibawakan dalam acara pernikahan adalah wayang yang alur
ceritanya berakhir dengan kebahagiaan, namun kali ini dalang Sapanyono harus
membawakan wayang dengan cerita yang berakhir sedih. Hal ini pasti mendapat
protes sama penonton. Namun Bagaimanapun juga Dalang Soponyono harus
memantaskan sebab Dewi Ruyung Wulan tidak mau duduk di singgasana pengantin
kalau permintaannya tidak dituruti. Akhirnya dalang Soponyono menuruti
permintaan Dewi Ruyung Wulan, Ia ditemani oleh dua orang adiknya yang
cantik-cantik bernama Ambarsari dan Ambarwati yang bertindak sebagai waranggano
Swarawati
R. Jaseri hatinya berbunga-bunga dapat bersanding dengan
Dewi Ruyung Wulan di pelaminan. Air liur R. Jaseri selalu menentes bila melihat
kecantikannya. Tangannya mulai nakal mencolak-colek pipi Dewi Ruyung Wulan.
Sehingga membuatnya tidak nyaman. Tengah asyik-asyiknya pagelaran berlangsung,
terjadilah keributan yang ditimbulkan Dewi Rayung Wulan. Ia lari dari pelaminan
dan menjatuhkan diri di atas pangkauan Dalang Saponyono, Dewi Ruyung Wulan
telah hanyut dalam cerita Pewayangan, ia terpesonan dan jatuh cinta kepada
dalang Soponyono yang wajahnya lebih tampan dan pandai memainkan cerita wayang
daripada Raden Jaseri yang selalu mengumbar nafsu birahinya.
“bawa aku lari kakang Soponyono, kalau tidak lebih baik aku
mati saja!”
Hal ini tentu saja mengejutkan semua tamu yang hadir terutama orang tua kedua mempelai. Ki Dalang sendiri juga terkejut dan takut, maka Ki Dalang mengeluarkan kesaktiannya, untuk memadamkan semua lampu yang berada di Kadipaten Carangsoko.
Hal ini tentu saja mengejutkan semua tamu yang hadir terutama orang tua kedua mempelai. Ki Dalang sendiri juga terkejut dan takut, maka Ki Dalang mengeluarkan kesaktiannya, untuk memadamkan semua lampu yang berada di Kadipaten Carangsoko.
Keadaan yang gelap gulita itu, membuat panik yang hadir
dalam perjamuan tersebut, kesempatan ini dimanfaatkan Ki Saponyono melarikan
diri diikuti oleh kedua adiknya dan Dewi Ruyung Wulan.
Sang Adipati Carangsoko Puspo Handung Joyo sangat marah
sekali. Ia memanggil Patihnya Singopadu untuk segera mengatasi keadaan ini.
“Cepat
perintahkan prajurit untuk menyalakan lampunya” para prajurit bergegas
menyalakan lampunya.
Setelah lampu menyala, Raden Jaseri bergulung-gulung
dilantai karena calon istrinya raib bersama Dalang Soponyono.
Adipati Paranggarudo memerintahkan patihnya Singopadu untuk
segera mepersiapkan prajurit, mengejar Dalang Soponyono dan Dewi Ruyung Wulan.
Prajurit menyebar ke seluruh desa, memasuki rumah-rumah
dengan tidak sopan santun dan kasar, Rakyat Carangsoko menjadi ketakutan,
mereka berlari berhamburan menyelamatkan diri. Prajurit menggeledah semua rumah
penduduk barangkali mereka bersembunyi di dalam rumah penduduk dan barang siapa
berani melindungnya akan dihukum. Hal ini membuat Adipati Puspo Handung Joyo
kurang senang, yang dicari burunan Dalang Soponyono bukan rumah rakyat yang
dirusak. Adipati Paranggarudo tidak mau peduli, yang penting adalah Soponyono
harus ketangkap mati atau hidup. Karena telah menghina kewibawaan Adipati
Paranggarudo.
Ki Soponyono dan Dewi Ruyung Wulan yang disertai
adik-adiknya berlari terus menuju hutan, mereka berjalan mengikuti alur sungai.
Ki Soponyono juga mengadakan perlawanan kepada para pengejar walaupun sia-sia,
karena tidak seimbang jumlah pengejar dan yang dikejar. Keluar hutan masuk
hutan, Dewi Ruyung Wulan menanggalkan pakaian kebesaran, kemudian dia
menukarkan dengan baju penduduk setempat, mereka menyamar menjadi penduduk
desa, agar tidak menjadi perhatian penduduk.
Sampailah mereka di Dukuh Bantengan (Trangkil) wilayah
Panewon Majasemi. Panasnya Terik Matahari di siang hari membuat keempat orang
tersebut kehausan. Musim kemarau yang panjang membuat mata air kering sehingga
amat berharganya air. Mereka terus berjalan untuk mendapatkan seteguk air.
Mereka duduk di bawah pohon besar yang kering, setelah berlari tanpa berhenti
merupakan siksaan terlebih bagi ketiga orang putri terutama dewi Rayungwulan
yang tidak pernah bekerja berat dan berjalan jauh. Rasa haus bagi ketiga putri
tersebut sudah tak terhankan lagi, untuk meneruskan perjalanannya sudah tidak
mungkinkan lagi.
Karena hausnya mereka berlari mengejar daratan yang penuh
dengan sumber air setelah didekati ternyata hanya sebuah fatamorgana. Mereka
berjalan tertatih-tatih, sampailah mereka disebuah sawah yang sunyi tidak ada
sumurnya, dan sungai disekitarnya sudah kering karena kemarau panjang itu.
Melihat hal itu Ki Sapanyono sangat bingung hatinya karena akan meminta air
pada penduduk tidak berani, takut bertemu pengejarnya. Maka jalan satu-satunya
adalah mencuri semangka atau mentimun yang ada di sawah tersebut.
Mereka tidak menyadari bahwa semua bergerak-geraknya diawasi
dari jauh oleh pemilik sawah yaitu adik dari Panewu Sukmoyono yang bernama
Raden Kembangjoyo. Berdasarkan laporan penduduk bahwa sawahnya sering dirusak
oleh binatang2 seperti kerbau, kancil. Namun kali ini Kembangjoyo kaget
ternyata yang selama ini yang merusak tanamannya bukan binatang tapi manusia.
Kembangjoyo memerintahkan anak buahnya untuk mengepung sawah tersebut.
“Ternyata selama ini yang merusak tanaman-tanaman kami
adalah kamu! Ya maling! Tangkap” terjadilah perang antara Ki Soponyono dengan
anak buahnya Kembang Joyo, mereka semua dapat dilumpuhkan oleh Soponyono.
Akhirnya Kembang Joyo turun tangan mereka berdua bertarung ditengah sawah. Dari
kejauhan tiga putri itu bersembunyi menyaksikan pertarungan tersebut, karena
dianggap pasukan Paranggarudo. Namun tanpa daya Ki Sopanyono melawan R.
Kembangjoyo, karena Kembang Joyo lebih sakti dari Ki Soponyono.
Ki Soponyono ditlikung kakinya, kemudian tangannya diikat
dengan tali dadung.
“Saya
mencuri karena terpaksa Ndoro”
“Yang
namanya maling juga terpaksa semua”
Sejurus
dengan itu keluarlah Dewi Ruyung Wulan beserta kedua adik Dalang Soponyono.
“lepaskan
kakang Soponyono, yang kamu buru aku kan, aku boleh kamu bawa asalkan Kakang
Soponyono dilepaskan dahulu” Dewi Ruyung Wulan mengira bahwa yang menangkap
Dalang Soponyono adalah Pasukan Paranggarudo. Kembang Joyo menjadi heran
ternyata maling yang ditangkapnya membawa tiga orang gadis yang cantik-cantik.
Namun karena Kembang Joyo hanya ditugaskan untuk menjaga sawah milik kakaknya,
makanya ia tetap merangket keempat orang tersebut.
Mereka berempat menjadi tawanan R. Kembang Joyo, kemudian
mereka dihadapkan kepada Penewu Sukmoyono untuk diminta penjelasannnya. Ki
Soponyono memerkenalkan satu persatu kawan-kawannya. Selanjutnya ia
menceritakan semua kejadian-kejadian yang telah dialami, mengapa mereka sampai
di dikejar-kejar pasukan Parang Garudo, mereka terpaksa mencuri semangka dan
mentimun milik Raden KembangJoyo, karena kehausan dan lapar. Mendengar
penuturan Ki Soponyono tersebut Penewu Sukmayono merasa kasihan dan tidak
sampai hati untuk menjatuhi hukuman. Penewu Sukmayono bersedia menampung dan
melindungi mereka.
“Tinggal
disini semaumu, masalah Paranggarudo biar kami yang akan menghadapinya.”
Sukmoyono mempersilahkan Dalang Soponyono, dan ketiga putri untuk beristirahat
dahulu.
Sebagai rasa terima kasih yang tak terhingga atas segala
kebaikan Sukmoyono, Ki Saponyono mempersembahkan kedua adiknya kepada Sang
Penewu untuk dijadikan hambanya. Persembahan tersebut diterima dengan senang
hati. Akhirnya Ambarsari diperistri oleh Penewu sebagai selir, sedangkan
Ambarwati diberikan kepada R. kembang Joyo untuk dijadikan istrinya. Sedangkan
Dewi Ruyung Wulan akan dikembalikan kepada bapaknya Adipati Carang Soko, Puspo
Handung Joyo.
Yuyu Rumpung pembesar dari Kemaguhan yang juga merupakan
anak buah Paranggarudo tahu kalau keris Rambut Pinutung dengan Kuluk Kanigoro
adalah pusaka hebat yang dimiliki Sukmoyono. Yuyu Rumpung memerintahkan anak
buahnya. Yang bernama Sondong Majeruk untuk mengambil kedua pusaka tersebut.
Akan tetapi sebelum dapat diserahkan kepada Yuyu Rumpung sudah dapat diketahu
Sondong Makerti sehingga terjadi pertempuran, Sondong Majeruk kelehan kehabisan
tenaga hingga mau mati, keris Rambut Pinutung yang dibawa Sondong Makerti
berhasil menusuk perut Sondong Majeruk hingga tewas. Selamatlah keris Rambut
Pinutung tidak bisa dibawa oleh Sondong Majeruk. Yuyu Rumpung murka kemudian
memerintahkan segera menyerbu Majasemi bergabung dengan Pasukan Yudhopati
dengan patih Singopati.
Sementera itu para prajurit Parang Garudo masih saja
melakukan pengejaran dan penggeledahan di rumah-rumah penduduk. Sampailah
mereka di Majasemi. Betapa marahnya Adipati Yudhopati ketika mendapat laporan
bahwa buronan Dalang Soponyono, Dewi Ruyung Wulan bersama kedua adik Soponyono
berada Di Majasemi mereka dilindungi oleh Penewu Sukmayono.
Maka terjadilah pertempuran yang sangat seru banyak korban
yang berjatuhan, juga Ki Penewu Sukmoyono gugur dalam pertempuran itu.
Mendengar Penewu Sukmayono gugur, Raden Kembangjoyo mengamuk dengan memegang
keris Rambut Pinutung dengan kuluk Kanigoro menghancurkan Pasukan Paranggarudo.
Mereka dibantu oleh pasukan Carangsoko, pertempuran dahsyat antara Patih
Singopati dengan Patih Singopadu, memporsir energi sehingga keduanya gugur di
medan laga. Pertempuran di Majasemi berakhir dengan membawa banyak korban.
Ki Saponyono mengantarkan Dewi Ruyung Wulan bersama-sama
dengan Raden Kembangjoyo. Sebagai ucapan terima kasih, Dewi Ruyung Wulan
diberikan kepada Raden Kembang Joyo untuk dijadikan istrinya, karena Kembang
Joyo berhasil mengalahkan Yudho Pati adipati Paranggarudo kemudian ia menetap
di Carangsoko menggantikan Puspo Handung Joyo sebagai pemimpin Kadipaten. Ia
juga diangkat menjadi Adipati setelah menggabungkan tiga kadipaten yaitu Paranggarudo,
Carangsoko dan Majasemi menjadi satu kadipaten Pati
Peleburan itu telah menciptakan kerukunan dari tiga kadipaten yang bertikai, untuk lebih memantapkan dalam memimpin kadipaten, ia mengajak Dalang Soponyono untuk memperluas wilayah kekuasaannya, dan mencari lokasi yang baik sebagai pusat pemerintahan, raden Kembangjaya dan Raden Sopanyono menuju hutan Kemiri, dan segeralah hutan tersebut dibabat untuk Kadipaten/pusat pemerintahan.
Peleburan itu telah menciptakan kerukunan dari tiga kadipaten yang bertikai, untuk lebih memantapkan dalam memimpin kadipaten, ia mengajak Dalang Soponyono untuk memperluas wilayah kekuasaannya, dan mencari lokasi yang baik sebagai pusat pemerintahan, raden Kembangjaya dan Raden Sopanyono menuju hutan Kemiri, dan segeralah hutan tersebut dibabat untuk Kadipaten/pusat pemerintahan.
Alas (Hutan) Kemiri dihuni oleh beberapa binatang Singa,
Gajah dan binatang buas lainnya, selain itu juga dihuni oleh kerajaan siluman,
Kembang Joyo dan Dalang Soponyono bahu membahu melawan kerajaan Siluman
tersebut. Akhirnya dengan kesaktian Kembang Joyo pemimpin Siluman menyerah.
Untuk menangkal makhluk-makluk halus Dalang Sopoyono selamatan dengan memainkan
wayang di hutan Kemiri. Sirnalah pemimpin Siluman beserta anak buahnya lari
dari hutan kemiri.
Esok harinya Kembang Joyo dan Dalang Soponyono beserta
parajurit Carangsoko melanjutkan pekerjaannya membuka Hutan Kemiri menjadi
perkampungan, ditengah mereka sedang membuka hutan datanglah seorang laki-laki
memikul gentong yang berisi air.
“Berhenti
kisanak!, siapa namamu dan apa yang sedang kau pikul itu?”
“Saya
Ki Sagola, yang gentong yang kupikul ini berisi Dawet, aku terbiasa berjualan
lewat sini.”
“Dawet
itu minuman apa?, coba saya minta dibuatkan, prajurit-prajurit saya ini juga
dibuatkan!
“
Kenapa hutan ini kok ditebangi?, kasihan para binatang pada lari ke gunung?”
“Kami
sedang membuka hutan ini untuk perkampungan baru, agar kelak dapat menjadi kota
raja yang makmur, gemah ripah loh jinawi, sebab derah kami dulu sudah tidak
memungkinkan kita tempati akibat perang Saudara”
Raden Kembang Joyo merasa terkesan akan minuman Dawet yang
manis dan segar, maka ia bertanya pada Ki Sagola tentang minuman yang baru
diminumnya. Ki Sagola menceritakan bahwa minuman ini terbuat dari Pati Aren
yang diberi Santan kelapa, gula aren/kelapa.
Mendengar
jawaban itu Raden Kembang Joyo terispirasi, kelak kalau pembukaan hutan ini
selesai akan diberi nama Kadipaten Pati-Pesantenan. Dalam perkembangannya
Kadipaten Pati-Pesantenan menjadi makmur gemah ripah loh jinawi dibawah
kepemimpinan Kembang Joyo.
Sumber : Sejarah Hari Jadi Kab.
Pati, 1994
Anda sedang membaca artikel tentang ASAL MULA TERJADINYA KABUPATEN PATI (BABAD PATI): YUYU RUMPUNG KRODHA dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://my-axes-educate.blogspot.com/2012/06/asal-mula-terjadinya-kabupaten-pati.html . Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel ASAL MULA TERJADINYA KABUPATEN PATI (BABAD PATI): YUYU RUMPUNG KRODHA jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda, namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya. Terimakasih.
Posting Komentar
Peraturan :
Karena beberapa kali terjadi penulisan komentar yang tidak sesuai dengan peraturan, maka banyak komentar yang admin hapus. Dan admin mengubah settingan komentar.
1. Silakan tulis komentar dengan bahasa yang sopan dan berkaitan dengan artikel.
2. NO SARA, NO PORNO, NO KEKERASAN.
3. Dilarang menulis komentar yg sama pada setiap posting.
4. Akun anonim sudah dinonaktifkan.
5. Jika menggunakan Name dan URL, harus URL yang valid. (tidak berlaku/dinonaktifkan)
> Jika ditemukan komentar yang melanggar ketentuan ini akan dihapus.
> Berlaku untuk komentar mulai 21 April 2013 dan seterusnya.